TAHAP-TAHAP MEMBUAT KERAMIK DARI TANAH LIAT
Membuat keramik Tanah Liat
memerlukan teknik-teknik yang khusus dan unik. Hal ini berkaitan dengan
sifat tanah liat yang plastis dimana diperlukan ketrampilan tertentu
dalam pengolahan maupun penanganannya. Membuat keramik berbeda dengan
membuat kerajinan kayu, logam, maupun yang lainnya.
Proses membuat keramik adalah rangkaian
proses yang panjang yang didalamnya terdapat tahapan-tahapan kritis.
Kritis, karena tahapan ini paling beresiko terhadap kegagalan. Tahapan
proses dalam membuat keramik saling berkaitan antara satu dengan
lainnya. Proses awal yang dikerjakan dengan baik, akan menghasilkan
produk yang baik juga. Demikian sebaliknya, kesalahan di tahapan awal
proses akan mengasilkan produk yang kurang baik juga.
Tahap-tahap membuat keramik Tanah Liat
Ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan untuk membuat suatu produk keramik, yaitu:
Pengolahan bahan
Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk
mengolah bahan baku dari berbagai material yang belum siap pakai
menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai. Pengolahan bahan
dapat dilakukan dengan metode basah maupun kering, dengan cara manual
ataupun masinal. Didalam pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu
yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir, penyaringan,
pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air.
Pengurangan ukuran butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau
penggilingan dengan ballmill. Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan
material dengan ukuran yang tidak seragam. Ukuran butir biasanya
menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim digunakan adalah 60 – 100
mesh.
Pencampuran dan pengadukan bertujuan
untuk mendapatkan campuran bahan yang homogen/seragam. Pengadukan dapat
dilakukan dengan cara manual maupun masinal dengan blunger maupun mixer.
Pengurangan kadar air dilakukan pada
proses basah, dimana hasil campuran bahan yang berwujud lumpur dilakukan
proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk mengurangi jumlah air yang
terkandung sehingga menjadi badan keramik plastis. Proses ini dapat
dilakukan dengan diangin-anginkan diatas meja gips atau dilakukan dengan
alat filterpress.
Tahap terakhir adalah pengulian.
Pengulian dimaksudkan untuk menghomogenkan massa badan tanah liat dan
membebaskan gelembung-gelembung udara yang mungkin terjebak. Massa badan
keramik yang telah diuli, disimpan dalam wadah tertutup, kemudian
diperam agar didapatkan keplastisan yang maksimal.
Pembentukan
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah
bongkahan badan tanah liat plastis menjadi benda-benda yang dikehendaki.
Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk benda keramik: pembentukan
tangan langsung (handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik
cetak (casting).
Pembetukan tangan langsung
Dalam membuat keramik dengan teknik
pembentukan tangan langsung, ada beberapa metode yang dikenal selama
ini: teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), dan teknik lempeng
(slabbing).
Pembentukan dengan teknik putar
Pembentukan dengan teknik putar adalah
keteknikan yang paling mendasar dan merupakan kekhasan dalam kerajinan
keramik. Karena kekhasannya tersebut, sehingga keteknikan ini menjadi
semacam icon dalam bidang keramik. Dibandingkan dengan keteknikan yang
lain, teknik ini mempunyai tingkat kesulitan yang paling tinggi.
Seseorang tidak begitu saja langsung bisa membuat benda keramik begitu
mencobanya. Diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk melatih jari-jari
agar terbentuk ’feeling’ dalam membentuk sebuah benda keramik. Keramik
dibentuk diatas sebuah meja dengan kepala putaran yang berputar. Benda
yang dapat dibuat dengan keteknikan ini adalah benda-benda yang
berbentuk dasar silinder: misalnya piring, mangkok, vas, guci dan
lain-lain. Alat utama yang digunakan adalah alat putar (meja putar).
Meja putar dapat berupa alat putar manual mapupun alat putar masinal
yang digerakkan dengan listrik.
Secara singkat tahap-tahap pembentukan
dalam teknik putar adalah: centering (pemusatan), coning (pengerucutan),
forming (pembentukan), rising (membuat ketinggian benda), refining the
contour (merapikan).
Pembentukan dengan teknik cetak
Dalam keteknikan ini, produk keramik
tidak dibentuk secara langsung dengan tangan; tetapi menggunakan bantuan
cetakan/mold yang dibuat dari gipsum. Teknik cetak dapat dilakukan
dengan 2 cara: cetak padat dan cetak tuang (slip). Pada teknik cetak
padat bahan baku yang digunakan adalah badan tanah liat plastis
sedangkan pada teknik cetak tuang bahan yang digunakan berupa badan
tanah liat slip/lumpur. Keunggulan dari teknik cetak ini adalah benda
yang diproduksi mempunyai bentuk dan ukuran yang sama persis. Berbeda
dengan teknik putar atau pembentukan langsung,
Pengeringan
Setelah benda keramik selesai dibentuk,
maka tahap selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini
adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada badan keramik.
Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses penting:
(1) Air pada lapisan antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan,
menguap, sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan
penyusutan berhenti; (2) Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut; dan
(3) air yang terserap pada permukaan partikel hilang. Tahap-tahap ini
menerangkan mengapa harus dilakukan proses pengeringan secara lambat
untuk menghindari retak/cracking terlebih pada tahap 1 (Norton,
1975/1976). Proses yang terlalu cepat akan mengakibatkan keretakkan
dikarenakan hilangnya air secara tiba-tiba tanpa diimbangi penataan
partikel tanah liat secara sempurna, yang mengakibatkan penyusutan
mendadak.
Untuk menghindari pengeringan yang
terlalu cepat, pada tahap awal benda keramik diangin-anginkan pada suhu
kamar. Setelah tidak terjadi penyusutan, pengeringan dengan sinar
matahari langsung atau mesin pengering dapat dilakukan.
Pembakaran
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan
keramik dimana proses ini mengubah massa yang rapuh menjadi massa yang
padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam sebuah tungku/furnace
suhu tinggi. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran:
suhu sintering/matang, atmosfer tungku dan tentu saja mineral yang
terlibat (Magetti, 1982). Selama pembakaran, badan keramik mengalami
beberapa reaksi-reaksi penting, hilang/muncul fase-fase mineral, dan
hilang berat (weight loss). Secara umum tahap-tahap pembakaran maupun
kondisi api furnace dapat dirinci dalam tabel.
Pembakaran biscuit
Pembakaran biskuit merupakan tahap yang
sangat penting karena melalui pembakaran ini suatu benda dapat disebut
sebagai keramik. Biskuit (bisque) merupakan suatu istilah untuk menyebut
benda keramik yang telah dibakar pada kisaran suhu 700 – 1000oC.
Pembakaran biskuit sudah cukup membuat suatu benda menjadi kuat, keras,
kedap air. Untuk benda-benda keramik berglasir, pembakaran biskuit
merupakan tahap awal agar benda yang akan diglasir cukup kuat dan mampu
menyerap glasir secara optimal.
Pengglasiran
Pengglasiran merupakan tahap yang dilakukan sebelum dilakukan pembakaran glasir. Benda keramik biskuit dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara dicelup dan dituang; untuk benda-benda yang besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi glasir pada produk keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-efek tertentu sesuai keinginan.
Pengglasiran merupakan tahap yang dilakukan sebelum dilakukan pembakaran glasir. Benda keramik biskuit dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara dicelup dan dituang; untuk benda-benda yang besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi glasir pada produk keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-efek tertentu sesuai keinginan.
Kesemua proses dalam pembuatan keramik
akan menentukan produk yang dihasilkan. Oleh karena itu kecermatan dalam
melakukan tahapan demi tahapan sangat diperlukan untuk menghasilkan
produk yang memuaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar